Selasa, 12 Oktober 2010

Naik ke Jabal Nur (Mengunjungi Goa Hira)

Goa Hira adalah sebuah goa kecil yang terletak tak jauh dari puncak Jabal Nur. letaknya sekitar 6 Km sebelah utara Masjidil Haram. Di tempat inilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama.

Untuk menuju ke sana, diperlukan waktu sekitar 1,5 jam. Mulai dari kaki gunung, kita bisa menapaki track yang sudah ada. Awalnya memang terasa mudah. Batu-batuan yang ada di sana bisa dijadikan tempat berpijak. Akan tetapi, sekitar 15 menit mendaki, ketika nafas sudah mulai tersengal, jalan setapak itu terasa sangat berat.

Dalam perjalanan ke puncak, kita dapat menjumpai beberapa pedagang minuman. Baik yang berupa pedangan asongan, atau pun yang sudah mempunya lapak sebagaimana kedai minum yang ada di terminal-terminal ibukota. Selain itu, ada beberapa peminta-minta yang sedang bertugas. Bagi yang sudah pernah Umrah atau Haji, bukan sebuah pemandangan asing bila kita menjumpai orang-orang yang mempunyai cacat fisik seperti tangan dan kaki yang tidak sempurna. Pemandangan serupa pun juga dapat kita jumpai sepanjang perjalanan ke puncak Jabal Nur. Fantastik! Orang yang cacat seperti itu, bisa menaiki gunung yang bagi sebagian orang yang sempurna pun sulit untuk didaki! :)

Menjelang ke puncak, kita juga dapat berfoto dengan Unta! Unta? Ya! Unta! Unta khas Saudi yang didandani sedemikian rupa yang oleh empunya-nya dapat dijadikan alat untuk mencari riyal demi riyal. Untuk berfoto dengan unta di Jabal Nur biayanya tidak sama seperti berfoto dengan hewan berpunuk ini bila di Jabal Rahmah (Arafah). Bisa dimaklumi, karena untuk tiba sampai di sana, hewan ini butuh pengorbanan yang sangat! :)

Satu hal yang menarik lagi, bahwa di sepanjang jalan setapak itu, kita juga dapat jumpai beberapa orang yang sibuk dengan ember, pasir, semen, dan "cetok" (lupa nama Indonesianya euy! jawir habis! :)) Mereka seolah-olah sedang memperbaiki beberapa tangga yang rusak. Persis seperti di kampungku bila musim hujan tiba. Bila ada jalan yang berlubang, ramai orang menguruknya dengan batu. Seakan-akan membantu kemudahan pengguna jalan. Dan kegiatan ini baru berhenti bila musim kemarau datang! :)

Begitu tiba di puncak Jabal Nur, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan! Kota Mekah terlihat dari sini. Mobil-mobil yang berseliweran di jalan terlihat seperti mainan. Di puncak ini, kita juga dapat temui beberapa fotografer amatiran. Mereka menggunakan kamera polaroid. Sekali jepret! Jadi deh! :)

Di beberapa batu besar yang ada di puncak gunung, kita bisa melihat grafiti yang bertuliskan "Jabal Nuur" atau "Goa Hira". Bagi jamaah yang baru ke sini, akan mudah terkecoh dengan tulisan-tulisan itu. Seolah-olah Goa Hira sudah di depan mata. Tapi mereka salah! Goa Hira tidak terletak di puncak Jabal Nur!

Untuk ke Goa Hira, dari Puncak Jabal Nur, kita harus menuruni tebing yang agak curam. Alhamdulillah sudah ada tangga yang permanen dan dinding yang tinggi untuk menjaga agar tidak jatuh ke jurang. Setibanya di bawah, kita harus belok ke kanan dan melewati celah sempit di antara dua batu besar. Sesudah melewati itu, di sebelah kiri, akan kita goa yang sangat bersejarah! Goa Hira!

Tidak terlalu luas. Hanya bisa diduduki oleh sekitar 4 orang. Dari dinding goa sebelah kanan, ada semacam celah yang menghubungkan goa ini dengan udara bebas di luar. Angin yang berhembus terasa sangat kencang. Dan sejuukkk!!

Bila kita keluar dari goa tersebut, dan memandang arah ke bawah, maka dari jauh kita akan melihat masjidil haram. Sungguh, bila tak ada bangunan lain yang melebihi tinggi Ka'bah, maka kita pun akan dapat melihat Ka'bah! Sebagaimana Rasulullah dulu sering memandangi Ka'bah dari tempat ini.

Subhanallah..! Sebuah perjalanan yang tak kan mungkin bisa dilupakan. Terbayang bagaimana perjuangan Rasulullah dahulu ketika berkhalwat di sini. Sungguh tidah mudah!! Allahu Akbar!!!

Assalamualaikum WR WB


AYO... MARI UMROH SUNNATUL ROSUL, I'TIBA NABI. WAJIB BERMUKRIM bagi WANITA.....

MURAH-MERIAH... KUOTA 20 ORANG LANGSUNG BERANGKAT

INSYA ALLAH MABRUR dan AFDOL

MENGGAPAI RIDHO ALLAH....

Umroh Ramadhan


Bagi mereka yang mampu, Ramadhan juga memberikan kesempatan untuk memetik suatu keistimewaan yang luar biasa melalui umrah Ramadhan. Umrah tersebut dapat dilaksanakan di awal Ramadhan, tengah Ramadhan, atau akhir Ramadhan.

Da’i terkemuka Dr KH Didin Hafidhuddin mengatakan bagi yang mampu, umrah Ramadhan itu sangat dianjurkan. Mengapa? ”Pertama, umrahnya itu sendiri merupakan ibadah yang utama. Kedua, Ramadhan merupakan bulan yang sangat berkah. Perpaduan umrah dan Ramadhan itu menghasilkan keutamaan-keutamaan yang luar biasa. Itu sebabnya, Rasulullah menganjurkan umrah pada waktu Ramadhan,” kata KH Didin .

Hal senada diungkapkan oleh General Manager Hudaya Safari, H.M. Wahyu. ”Ada satu hadits Rasulullah yang masyhur dan shahih, yang artinya, ‘Barangsiapa yang umrah bersamaku di bulan Ramadhan nilainya sama dengan pergi haji bersamaku.’ Berdasarkan hadits tersebut, tak heran kalau banyakl berusaha melakukan umrah di bulan Ramadhan,” papar Wahyu

Ia menambahkan, keutamaan yang kedua, di bulan Ramadhan, ada hari-hari yang kemungkinan turunnya Lailatul qadar. Jadi, selain setiap saat kalau beribadah dibalas dengan banyak kebaikan, ada kemungkinan bertemu satu malam yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan. ”Ini merupakan pelipatgandaan yang luar biasa,” tuturnya.

Pimpinan Ponpes Wisata Hati Ustadz Yusuf Mansur menegaskan, bahwa umrah Ramadhan itu sangat istimewa. ”Bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa. Setiap amal dilipatgandakan berlipat-lipat. Ramadhan juga merupakan kesempatan untuk memohon ampun atas segala dosa. Karena itu, sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu untuk menunaikan umrah Ramadhan,” ujar Yusuf Mansur .

Ia menyebutkan, balasan pahala dari Allah SWT di bulan Ramadhan luar biasa. ”Nabi mengatakan, shalat di Masjid Nabawi sama dengan shalat 100.000 rakaat. Sedangkan di bulan Ramadhan, pahala ibadah itu oleh Allah dilipatgandakan. Bayangkan, 100.000 dikalikan berkali-kali lipat, hasilnya tak terhingga,” tandas Yusuf Mansur yang juga Pembimbing Ibadah PT Saudi Wisata Travel.

KH Didin menambahkan, ada kenikmatan spiritual yang luar biasa, bagi mereka yang melakukan umrah Ramadhan. Misalnya, Tarawih berjamaah 20 rakaat, shalat Tahajjud berjamaah delapan rakaat, dan Witir berjamaah tiga rakaat. Witirnya saja bisa setengah jam, namun terasa sangat nikmat dan tidak membosankan. ”Bacaan imamnya sangat bagus, suasanya sangat syahdu, orang-orang datang ke Masjidil Haram betul-betul untuk beribadah, tidak ada niat lain. Sehingga, suasananya betul-betul kondusif untuk beribadah,” tandas KH Didin yang juga Pembimbing Ibadah DD Travel.. Wahyu mengatakan, umrah di bulan Ramadhan bisa meraih kekhusyuan yang luar biasa. ”Suasananya sangat syahdu. Orang-orang datang memang betul-betul dengan niat ibadah,” tuturnya.

Wahyu menyebutkan, usai buka puasa dan shalat Maghrib, jamaah umrah pulang ke hotel. Lalu balik lagi untuk shalat Tarawih berjamaah. Pulang ke hotel lagi. Kemudian balik lagi shalat tahajjud dan Witir berjamaah. Balik ke hotel untuk sahur. Balik lagi ke Masjid untuk shalat Shubuh berjamaah sampai usai shalat Dhuha, baru kemudian pulang ke hotel. ”Jadi, kondisinya memang terkondisikan untuk ibadah,” papar Wahyu.

Yusuf Mansur mengemukakan, umrah Ramadhan merupakan kesempatan emas untuk beramal ibadah maupun merenung sebaik mungkin. ”Untuk mencapai konsentrasi, tidak ada tempat yang lebih baik selain Makkah dan Madinah (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi),” tandas Yusuf Mansur.

Berlomba-lomba sedekah

Walaupun ibadah umrah Ramadhan sangat dianjurkan, KH Didin mengingatkan, agar jangan lupa mengasah kepekaan sosial. ”Kesalehan sosial harus dikembangkan secara terpadu. Jadi, ibadah ritual dan ibadah sosial itu sama-sama diutamakan. Umrah Ramadhan itu utama, tapi jangan lupa berzakat dan bersedekah,” ujar KH Didin yang juga Ketua Baznas.

Hal senada diungkapkan Yusuf Mansur. Menurutnya, ada fenomena bersedekah yang luar biasa di Tanah Suci khususnya pada bulan Ramadhan. ”Pada bulan Ramadhan, kita bisa saksikan gairah bersedekah yang luar biasa di Masjid-masjid. Orang-orang Arab Saudi berlomba-lomba untuk bersedekah. Mereka berebut untuk memberi sedekah, bukan mencari sedekah,” kata Yusuf Mansur.

Wahyu menambahkan, ada pengalaman menarik dan unik di Tanah Suci tiap bulan Ramadhan. Saat buka puasa bersama di masjid-masjid, terutama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, makanan berlimpah. Begitu jamaah datang ke masjid, hidangan sudah tersedia. Itulah yang disebut Maidah Rahman. ”Ada dua kemungkinan sumber makanan tadi, yakni bantuan resmi dari Kerajaan dan orang-orang kaya yang sangat gemar dan berlomba-lomba bersedekah,” kata Wahyu.

(sumber Republika)